lebih baik

proses, progress…
seringkali kita nggak sabar dengan yang namanya proses.seringkali menyerah.seringkali ingin marah.
karena,
tertarik membandingkan dengan orang lain.
iya bagus mungkin membandingkan dengan orang lain.
mungkin menginspirasi,
tapi kadang kita lupa,
proses setiap manusia tidaklah sama.
kenapa tidak coba membandingkan dengan diri kita kemarin?
itu nampak lebih fair dan nggak membuat beban.

bukankah,
proses setiap orang tidak sama?
progressnya ada yang cepat, ada yang lambat…

yang harus kita pastikan,
adalah…
setiap hari kita berniat
dan berusaha untuk lebih baik…
dan banyak berdoa,
semoga Allah karuniakan akhir yang baik pula…

aamiin

Memberi Tapi Butuh, Ada Memangnya?

Kalau ingin belajar apa itu ketulusan niat, apa itu itsar maka belajarlah dari sahabat Anshar…

(وَٱلَّذِینَ تَبَوَّءُو ٱلدَّارَ وَٱلۡإِیمَـٰنَ مِن قَبۡلِهِمۡ یُحِبُّونَ مَنۡ هَاجَرَ إِلَیۡهِمۡ وَلَا یَجِدُونَ فِی صُدُورِهِمۡ حَاجَةࣰ مِّمَّاۤ أُوتُوا۟ وَیُؤۡثِرُونَ عَلَىٰۤ أَنفُسِهِمۡ وَلَوۡ كَانَ بِهِمۡ خَصَاصَةࣱۚ وَمَن یُوقَ شُحَّ نَفۡسِهِۦ فَأُو۟لَـٰۤىِٕكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ)
[QS Al Hasyr ayat 9]

Dan orang-orang (Anshar) yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (Muhajirin), atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung

Mereka…
Memberi meski mereka sendiri butuh…

Mereka merelakan rumah mereka, istri mereka, kebun mereka untuk dibagi dengan saudaranya…

Semua itu,
karena,
iman…

Sejauh mana kita mencontoh mereka?

sedikit dari Tadabbur QS Al Hasyr oleh Ustadz Aminudin

Mengelola Keuangan Rumah Tangga

Agak serius kali ini saya ceritanya ya. Ini sebenernya saya mau sharing hasil baca-baca beberapa tahun ke belakang secara otodidak ya. Bukan hasil ikutan Finansial Planning yang profesional gitu. Hasil baca-baca diskusi di grup, postingan orang, dan di media-media lainnya.

Ada quotes menarik dari adik kelas semasa kuliah dulu, nick namenya Papagon (Bos Besarnya Ramesia),
“apanya yang mau dikelola kalau duitnya nggak ada atau sedikit?”

Jawab pakbos ini: “kalau ngelola duit 5 juta atau 10 juta per bulan ajah gak mampu, berantakan dan nggak jelas. Bagaimana Allah mau ngamanahin ngelola 1 M per bulan?”

See ya, ini soal amanah. Amanah dalam mengelola rezeki yang Allah berikan ya…

Sedikit cerita, jauh sebelum finansial planning booming, saya memang suka mencatat pos pengeluaran waktu jaman kuliah semasa menjadi anak kos. Saya rasa anak kos lain juga ada yang melakukan hal yang sama. Sederhana, supaya uangnya cukup. Pernah sampe detail nyatet pengeluaran setiap hari sampai ke yang receh misal untuk parkir.
Nah, setelah menikah, saya pernah juga mengulang kebiasaan ini. Tujuannya ya untuk profiling (mengidentifikasi), awalnya ya mencatat biasa saja untuk mengetahui pemasukan dan pengeluaran. Darisana kita bisa tahu, oh… pemasukan / gaji yang kita terima itu cukupnya untuk pengeluaran rutin konsumsi rumah tangga saja misalnya. Kalau sudah begitu ya sudah, nggak usah ngeyel mo ambil-ambil hutang/cicilan segala. Apalagi mau pesiar kemana gitu. Ini juga penting untuk menentukan skala prioritas mana yang sebenernya cuman PENGEN aja, atau benar-benar BUTUH. Bermimpi boleh, ikhtiar harus maksimal, tapiiiiii mesti banget SADAR DIRI. Dan ternyata belakangan kata kunci soal pengelolaan keuangan ini ya tentang: merencanakan, mencatat dan mengelola uang.

Secara ringkas ini yang biasa saya lakukan di rumah tangga saya:
1. Jadi tahap awalnya : Mencatat segala jenis pengeluaran.
2. Kalau sudah punya datanya, kelompokkan berdasarkan jenis pengeluarannya. Nanti, dibahas di bawah apa saja model pos pengeluaran yang lazim dipakai orang. Ada juga sebagian orang yang memakai metode masuk-masukin uang ke amplop terpisah sesuai pos begitu terima gaji/pemasukan.
3. Dari data itu kita bisa rencanakan misal butuh dana buat sekolah anak nih, butuh untuk bantuin sekolah adik, atau sekian tahun lagi ingin punya ini, ingin punya itu. Mana yang beneran butuh mana yang sekedar pengen. Termasuk di sini soal life style (gaya hidup), woah mau sebesar apa juga gajinya, kalau gaya hidupnya ikutan naek rasanya agak susah ya mau bisa investasi/menabung.
4. Ini poin penting banget di rumah tangga kami: jangan ngegampangin UTANG. Karena umur gak ada yang tau, jangan membebani ahli waris dengan utang. Kalau bisa nggak punya UTANG sama sekali itu lebih bagus.
5. Yang nggak kalah penting nih, kalau ada rencana untuk menabung, pisahkan dulu di awal (hahaha biar nggak keikut yang laennya, tapi kadang pada prakteknya ya kalo udah nggak ada anggaran buat menabung yawes mau gimana lagi…hehehe).
6. Terakhir banget tapi yang paling penting, buat saya yang seorang muslim, anggarkan zakat, infaq, shodaqoh, minimalnya 2,5 % maksimalnya 1/3 harta (sekitar 30%). 1/3 harta ini diambil dari haditsnya Sa’ad bin Abi Waqash waktu lagi sakit keras dan nanya ke Rasulullaah soal berapa harta yang mau disedekahkan dan berapa yang mau diwariskan ke putrinya sepeninggal Sa’ad. Dan Rasulullaah hanya membolehkan 1/3 hartanya untuk disedekahkan. Hehehe tapi ini sih hitungan matematika penduduk bumi ya. Kalau mau nyoba menganggarkan sedekah lebih dari 30% yaaa boleh-boleh aja. Kita nggak pernah tau kan matematika langit kek apa. Dan utamakan sedekah ini kepada keluarga dekat kita dulu sebelum orang lain.

Nah, di saat pandemi begini mungkin ada baiknya kita menilik kembali bagaimana pos pengeluaran di rumah tangga kita. Mumpung banyak waktu bersama pasangan. Ini mungkin saat yang sangat tepat untuk merencanakan masa depan dan mengevaluasi keberjalanan keuangan rumah tangga selama ini.

Salah satu metode yang lazim dipakai untuk mengelola keuangan rumah tangga itu adalah dengan metode porsi. Jadi, kita pos-poskan pengeluaran sesuai porsinya.

Ada beberapa model/rumus:

1. 50 – 30 – 10 – 10, bisa baca lengkapnya disini
Ini model yang coba saya pakai di rumah.
50 % untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga termasuk belanja hari-hari, makanan, buah, sayur, vitamin, air galon, gas, pendidikan anak,transport, belanja bulanan macem sabun dll.
30 % ini untuk cicilan (segala jenis hutang, termasuk kalau punya kpr rumah, cicilan mobil, asuransi, tagihan listrik / aer itu masuknya kesini)
10 % untuk saving / investasi (menabung atau investasi masuknya kesini macem-macem ya bentuknya mulai dari yang sederhana macem emak-emak kita dulu beli perhiasan emas sampe yang skalanya besar semacam properti)

Tentang investasi ini ada juga yang membagi investasi jangka pendek, menengah, dan panjang. Ada juga berdasarkan profil risiko untung/ruginya. Xixixi gugling dhewe lah yaaa…
10 % charity (termasuk zakat, infaq, sedekah, kado untuk teman yang melahirkan/menjenguk kalau sakit/takziah ketika meninggal, arisan, masuknya ke sini ya).

2. 40 – 30 – 20 – 10 : needs (pengeluaran rutin rumah tangga) – cicilan/hutang – investasi/saving – charity (zakat infaq sedekah termasuk arisan)

3. 60 – 30 – 10 : tabungan – investasi – biaya hidup
Ini yang kapan lalu lagi viral, hahaha emangnya bisa biaya hidup cuman 10 % ? Ya bisa aja asal masih single deh kayaknya. Kemungkinan laen ya memang hartanya banyak, tapi gaya hidup biasa aja.

Dan banyak lagi model yang lainnya sih tapi intinya biasanya model yang banyak dipakai amannya cicilan itu nggak lebih dari 30 % pemasukan kita (ini juga pernah saya denger dari marketing-marketing perumahan, biasanya diapprove kpr rumah kalau cicilan kita nggak lebih dari 30%). Sisa porsinya bisa diatur sesuai kemampuan masing-masing. Sekian dulu sharing kali ini ya. Semoga ada manfaatnya…

#dirumahaja

Ini hasil ngobrol-ngobrol sama Ayahnya NaiNaf. Kira-kira hikmah apa aja yang didapat dengan adanya himbauan #dirumahaja selama pandemi c.o.v.i.d.1.9. inih?

1. Yang paling kerasa adalah merekatkan kembali hubungan antar anggota keluarga. Alhamdulillaah ayahnya NaiNaf masih diberi kesempatan kerja dari rumah. Nggak harus menjadi pejuang jalanan. Banyak momen yang dulu mungkin terlewat, karena harus pergi kerja pagi, pulang malem… Dengan adanya wabah ini, kita jadi lebih lebih dan lebih lagi bahu-membahu dan gotong-royong mengurus rumah tangga dan mengurus proses belajar di rumah Kakak Nailah (biasanya juga udah dibantuin banget banget banget). Lebih banyak ngobrol satu sama lain. Wkwkwk apalagi saya mesti bedrest passss banget dimulainya hari-hari social distancing. Ah, 2020 ini akan jadi kenangan tak terlupakan buat kami. 10 tahunan yang diwarnai saya keguguran dan ada wabah corona ini….

2. Saya merasa, salah satu do’a saya terkabul. Saya sering kali meminta. “Ya Allah, saya pengen deh suatu saat suami saya kerja dari rumah” Nah lo, beneran dikabulkan sama Allah. Rasanya? Seneng. Tapi sekaligus kesian, work from home means kalo ada gangguan kerjaan ya mesti dikerjakan. Hampir 24 jam kerjanya hehhe. Tapi yaa lebih banyak bersyukurnya tentu sajah. Saya cuman jadi sempat bingung harus berdoa sedetail apa, kwatir salah doa lagi gitu. 😅 Saya kayak jadi tersadar, eh ini saya pernah berdoa begini loh. Dan Allah kabulkan. Ya jadi ngerasa “oh begini rasanya” Kayak anak kecil yang kepo terus dikasih jawaban yang membuat mengerti dan bilang “oh”

3. Segala sesuatu yang nggak seimbang itu pasti nggak bagus. Allah minta kita untuk selalu bersikap tawazun (seimbang) dalam hidup ini. Mungkin, selama ini kita lebih banyak mikir soal dunia. Sedikit mengingat Allah. Lewat wabah ini mudah-mudahan kita jadi bertambah banyak mengingat Allah. Tambah banyak berdoa. Tambah banyak beribadah. Kalo kata manajemen qolbunya Aa Gym, “orang-orang beriman itu kalo denger corona, harusnya jadi inget sama PenciptaNya, harus lebih banyak ingat Allah” Mudah-mudahan lepas wabah ini kita jadi kupu-kupu yang indah semua yaaa….

4. Kebutuhan manusia jadi kebutuhan primer aja. Pangan, sandang , dan papan. Bisa makan, bisa ganti baju, dan ada tempat untuk berteduh… Nggak ada tuh kebutuhan tersier, macem butuh jalan-jalan ke mall, traveling, beli sepatu tambahan buat ngantor, beli baju lagi buat keluar rumah, daannnnn laen-laennya. Kita kayak kembali ke jaman orang dulu hidup yang jarang kemana-mana. Yang bisa kemana-mana itu pasti ya orang kaya pake banget. Lha orang dulu kemana-mana aja masih naek becak ato delman kan atau mungkin berjalan kaki. Saudara-saudara saya di Jawa Timur aja tinggalnya ya nguplek-nguplek di kota yang sama kalo cuman kota tetangga. Saya aja yang pencilan ini jauh amet disini.

5. Mungkin, bumi lagi istirahat….
Suka ngalamin nggak? Kalo kita terlalu banyak beraktivitas, Allah ngasih kita sakit. Supaya apa? Supaya kita istirahat. Sama halnya dengan bumi ini, mungkin udah banyak banget kerusakan di muka bumi ini yang dibuat oleh manusia, mungkin saya salah satunya yang masih suka nyumbang sampah plastik. Masih suka nyumbang sampah pospak. Hiks. Mudah-mudahan Allah ampuni saya. Saya juga melihat banyak orang mulai nanem-nanem di lahan yang mereka miliki. Nanem mpon-mpon sendiri, nanem sayur, nanem daun bawang, macem itu lah. Kabar yang sangat baik sekali.

6. Ohya saya suka kadang agak gimanaaaa gitu, ini orang di sosmed kok jualan semua ya. Eh sekarang malah seneng, ayo siapa jualan apa lagi, kali ada yang saya butuhkan… Xixixi

7. Buat umat muslim, ini menunjukkan bahwa kita bukan menyembah Ka’bah. Masjidil Haram boleh ditutup, tapi apakah ibadah kita menjadi berhenti? Nggak kan… Ka’bah hanyalah arah yang mempersatukan umat Islam.

8. Muncul peluang baru: Jadi Yutuber. Heheh. Keknya channel-channel bermanfaat jadi lebih banyak muncul ya. Jadi, jihad di jaman ini adalah Jihad Kuota!!! Hehheh

9. Kerjakan apa yang bisa kita kerjakan.
Yang disuruh kerja dari rumah ya di rumah aja. Kalo ada donasi-donasi gitu bantu sebisa yang kita mampu. Ingat, jangan nunggu kaya banget buat bersedekah ya!

Nah, ada hikmah apa yang kalian dapatkan?

Nailah dan LOL

Masih tentang LOL lagi 😀

Cerita sebelumnya di sini. Di kemudian hari pernah pula dia bercerita tentang LOL lagi. Kalau teman-teman WA yang menyimpan kontak saya mungkin pernah juga membaca status saya soal LOL ini.

Kakak Nailah bercerita, “ummi, ternyata kata Ustadz, nggak semua doa kita itu dikabulkan sama Allah. Ada yang diganti dengan hal yang lain yang lebih baik atau disimpan nanti sebagai balasan di akhirat…”

Saya cuman ketawa. Lha udah sering saya bilang, nggak akan ummi beliin kakak LOL. Mahal dan eman-eman uangnya nak. Bisa kenyang kalo untuk makan. Bisa kekal kalau untuk sedekah.

Terus beberapa hari lalu. Kami ngobrol lagi. Gara-garanya habis mendengarkan kajian ada kisah soal Jabir membeli kaki kambing karena sudah lama tidak makan kaki. Bertemulah Jabir dengan Umar, Umar berkata “memangnya walau rindu makan kaki, mau dihabis-habiskan uangnya untuk memenuhi keinginan?” Umar kemudian membacakan ayat “Dan (ingatlah) pada hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (seraya dikatakan kepada mereka), “Kamu telah menghabiskan (rezeki) yang baik untuk kehidupan duniamu dan kamu telah bersenang-senang (menikmati)nya; maka pada hari ini kamu dibalas dengan azab yang menghinakan karena kamu sombong di bumi tanpa mengindahkan kebenaran dan karena kamu berbuat durhaka (tidak taat kepada Allah).” [QS Al Ahqaf ayat 20]. Poinnya soal mengutamakan Allah dibandingkan dirinya.

Habis itu saya bilang lagi, “nanti kalo kakak minta LOL lagi ummi bacain ayat ini ke kakak”

Dia cuman tertawa, “iya-iya aku udah nggak pengen LOL lagi. Pernah sih aku pengen berdoa sama Allah minta LOL, tapi kayaknya nggak mungkin deh dikabulkan….”

Ayahnya ikut nimbrung “mungkin ada barang yang harganya lebih mahal dari LOL yang Allah berikan buat kakak. Mungkin meja belajar itu?”

(padahal sebenernya meja belajar itu hadiah kami buatnya saat dia menyelesaikan hapalan qurannya.entahlah kami nggak pengen beliin LOL itu memang…)

Nah, kadang, ummi juga malu dan bingung mau berdoa apa sama Allah. Tapi buat kasus LOL, udah bener itu Kakak Nailah nggak yakin berdoa soal LOL. Atau berdoa aja terus nanti Allah ganti barang lain gitu ya? Hehe…

Btw, kadang ummi juga suka ngerasa kurang yakin. Ngerasa kadang apa yang ummi pengen itu kayak mustahil. Tapi mesti diubah ini. Nggak boleh begitu. Kalau pun bingung, maka cukupkan dengan membaca “istighfar: astaghfirullaahal ‘adzim” insyaAllah, semua hajat yang kita ingin akan dikabulkan oleh Allah. Mungkin bukannya tidak yakin. Tapi karena percaya sama Allah, Allah pasti akan memberikan apa yang kita butuh pada yang waktu yang tepat. Ingat kisahnya penjual roti dan Imam Ahmad bin Hanbal? Kisah yang sudah masyhur. Tapi tak apa saya tuliskan kembali di sini. Suatu ketika, Imam Ahmad sangat ingin pergi ke Basrah. Padahal beliau tinggal di Baghdad. Maka pergilah beliau ke sana. Waktu itu belum ada ya mobil dan pesawat, adanya unta kali ya. Bagdad ke Basrah jaraknya kalau ditempuh kurang lebih 500 km. Itu sekitar dari Tangsel ke Jogja lah kira-kira jauhnya. Kalau jalan kaki kata gugelmep sekitar 5 harian. Sampai di Basrah, Imam Ahmad sholat isya’ di sebuah masjid. Selesai itu, beliau bermaksud istirahat di dalam masjid. Tapi diusir oleh penjaga masjid. Jaman itu nama Imam Ahmad memang terkenal. Tapi tak semua orang kenal wajah beliau. Beliau akhirnya mencoba istirahat di teras masjid. Tapi, lagi-lagi diusir. Akhirnya, beliau bertemu dengan seorang penjual roti di dekat masjid yang menawarkan apakah mau beristirahat di rumahnya. Singkat cerita, Imam Ahmad bermalam disana dan mendapati penjual roti ini selalu beristighfar, kecuali ketika diajak berbicara oleh Imam Ahmad. Imam Ahmad penasaran. Beliau bertanya, ” Wahai bapak, aku lihat engkau selalu mengucap istighfar. Sudah berapa lama engkau membacanya?” Ternyata sudah 30 tahun lamanya penjual roti itu melakukan kebiasaan itu. Imam Ahmad penasaran lagi “Apa saja yang sudah kau dapat?” Kata penjual roti itu,

“Semua keinginanku sudah dikabulkan Allah, kecuali 1 hal: Aku ingin bertemu dengan Imam Ahmad”

Masya Allah, Allahu Akbar, jadi demikianlah, yang menggerakkan Imam Ahmad dari Baghdad ke Basrah. Karena istighfarnya penjual roti, yang tentu saja bagian dari ketetapan Allah.

Jadi, ketika tak tau harus berdoa apa, istighfar insyaAllah mencukupkan segalanya….


Sekian, semoga bermanfaat ya.

10 tahun bersamamu itu…..

10 Tahun Bersamamu itu…

Bukan karena ada apanya
Tapi memang apa adanya
Bukan selalu sempurna
Tetapi selalu berikhtiar yang kita bisa

Nggak selalu mudah menyamakan isi kepala
Nggak selalu mudah berdamai dengan berbagai suasana
Nggak selalu mudah menyamakan rasa
Nggak selalu satu selera

Pro kontra selalu hadir dalam hidup kita
Aku pengen minyak kelapa, kamu bilang pake yang biasa aja
Aku sukanya tempe setengah mateng, kamu sukanya yang mateng aja
Aku nggak gtu suka sambel, kamu sambel mania
Aku doyan banget pete, tapi karena kamu nggak suka aku nggak apa-apa…
Begitulah, karena kadang kita bukan mengalah, tapi memutar ulang frekuensi, beradaptasi, mencari solusi bersama
Tapi yang jelas, cita-cita kita tak pernah berubah, berkumpul kembali di surga…

Tempe GMO vs non GMO, micin vs non micin, pulatak pulitik, tarif internet yang mahal yang minta didemo, riweuhnya ngisi laporan 2 mingguan sekolah kk Nailah, rekayasa genetika, kultur jaringan, pernah mampir di tempat favorit di rumah kita,
Iya, di meja makan yang kadang bahkan isinya air minum saja

Sederhana
Semoga kita menua bersama
Bahagia sehidup sesurga
Punya anak-anak sholeh/sholehah yang selalu berdoa untuk kita

10 tahun kita…

Kali ini dipenuhi berita wabah corona
Kabar kehamilan tak terduga
Tapi harus berakhir dengan duka
Belum amanah dariNya
Pengalaman kuretase pertama

Semoga… Semakin menguatkan kita..
Bahwa semua hanya sekedar titipan dariNya

Allah Selalu Melihat Kita

Hari ini dalam perjalanan pulang ke rumah kami, anak sulung saya bercerita.

Anak (A): “ummi, tau nggak, hari ini Ustadz suruh aku dan teman-teman untuk makan, dimana saja, ngumpet, nggak boleh keliatan siapa aja!”

Ummi (U): “Lha emangnya bisa…?”

A: “eits, tunggu dulu, aku aja belom selesai ceritanya…”

U: “oh iya, gimana, gimana?” (tolong ya ibu-ibu jangan kebiasaan memotong pembicaraan, ini pengingat terutama untuk saya sendiri)

A: “jadi Ustadz, memberi makanan ke aku dan teman-teman. Tapi kata Ustadz, makannya di tempat yang nggak ada orang, tidak boleh ada satupun yang melihat.

Terus, aku diskusi sama temen-temen, gimana caranya orang nggak melihat, kan Allah Maha Melihat?

Apa kita ngumpet aja ya, nggak usah dimakan…?

Ada temen aku yang bilang: tapi Ustadz suruh makan?

Temen-temen pada bingung mi, terus aku suruh tarik nafas hembuskan, biar nggak panik dan bingung..

Temen-temen kita jalankan rencana ini… Akhirnya aku ngumpet doang deh… Tapi nggak dimakan.

Pas udah kembali ke kelas, Ustadz tanya, sudah habis belom makanannya?

Temen-temen ada yang dimakan, ada yang enggak.

Terus Ustadz tanya satu-satu ke setiap anak.. Kenapa nggak dimakan?

Temen-temen akhwat jawab satu-satu karena Allah Maha Melihat…

Terus Ustadz kasih jempol deh sama senyum manis…

Temen-temen ikhwan banyak yang gagal. Semuanya pada makan, kecuali 1 orang saja.

Yeay, aku dapat checklist deh…(karena menyelesaikan misi dari Ustadz)”

U: (menyimak sambil tertawa.sambil mikir dalam hati: duh, udah setua ini kadang perasaan diawasi oleh Allah ada kalanya hilang, kadang hanya sebatas di lisan saja.

Jazakumullaah Ustadz dan anak-anak, hari ini lagi-lagi saya mengambil ilmu dari kalian semua)

“iya, mana bisa ya makan tanpa terlihat siapapun, Sedangkan ada Allah yang Selalu Mengawasi manusia, selalu Melihat segala perbuatan kita…”

akibat doa

Akhir-akhir ini saya mengalami kegelisahan dalam berdoa. Saya sampe bingung mau meminta apa kepada Allah. Apa pasal? Pernah suatu kali saya berdoa di masa abege. Kemudian doa itu dikabulkan oleh Allah. Tapi ada efek lain dari doa itu yang ternyata belakangan susah untuk sinkron dengan keinginan saya yang lainnya di masa sekarang. Mengakibatkan saya menyesal (atau mungkin pada akhirnya saya berpikir mungkin itulah takdir terbaik saya). Seringkali kita dengar, Allah memberi apa yang kita butuhkan bukan yang kita inginkan. Walaupun pada implementasinya itu susah sekali dikerjakan.

Pernah pula saya pada suatu titik galau. Nggak ngerti harus bagaimana. Harus menempuh jalan A, atau jalan B, atau jalan C, yang kemudian saya akhirnya mencoba berpasrah dan bertawakkal, yaAllah saya ikut pilihanmu. Pilihkan saya takdir terbaik. Kali ini saya mau ikut mauMu bagaimana.

Dan itu memang melegakan pada akhirnya.

Saya sampe mengungkaplan perihal kegelisahan saya dalam berdoa ini, gara-garanya ada seorang guru saya hendak umroh. Saya bahkan bingung mau nitip doa apa. Ya itu tadi, saya khawatir salah lagi dalam meminta. Hehhe. (Syukurlah ada syariat menikah, jadi disanalah fungsi suami. Salah satunya jadi tempat bertanya, mau nitip doa apa… Soalnya saya ini manusia yang cukup banyak obsesi wkekek. Beda banget ama paksuami saya yang hidupnya itu bahkan nyaris tanpa keinginan dan ambisi. Haghaghag..)

Ya. Jadi pelajaran berharga buat saya. Hati-hati dalam berdoa, terutama untuk doa yang sifatnya spesifik…

Tapi saya percaya dan masih terus saya kerjakan tiap hari.

Hal sekecil apapun, gak ada salahnya kita minta sama Allah.

Pelajaran Hari Itu:Perasaan Selalu Diawasi oleh Allah

Hari itu, sesungguhnya ummimu yang belajar..
Sesuatu yang absurd, tapi kalian anak-anak kecil yang masyaAllah, sudah bisa mempraktekkannya semampu kalian…

Di pagi itu sedang berlangsung Musabaqoh Hifdzil Quran (MHQ)..
Di tengah acara berlangsung, salah seorang Ustadz berkata, “yang adab nya tidak baik, yang mengobrol, yang bercanda, nanti Ustadz pisahkan, duduk di belakang..”
(Suasana memang mulai kurang kondusif, tidak mudah untuk anak-anak bisa menyimak acara itu dalam waktu lama. Tapi itulah mereka. Mereka selalu berjuang melawan bosan)

Setelah usai agenda MHQ hari itu, Ustadz kembali bertanya..
“Sebelum Ustadz tunjuk, siapa yang merasa dari awal acara sampai akhir tidak mengobrol,tidak ramai,tidak bercanda,silakan kembali ke kelas.Yang merasa mengobrol.Tetap diam di tempat.”
.
.
Dan saya menyaksikan..Termasuk anak saya tetap diam di tempatnya..Karena saya yakin, dia merasa mengobrol walau Ustadz tidak tahu.
MasyaAllah inilah perasaan selalu diawasi oleh Allah…
Sebuah pembelajaran berharga untuk saya.
Lagi-lagi, saya merasa kalah dari anak-anak itu.
Merasa harus lebih baik lagi, berapa banyak dari kita yang sudah membaca soal adab majelis?
Tapi tengoklah bagaimana prakteknya?
.
.
Mungkin orang akan melihat,
“Duh, kasian, nggakpapa kali umur segitu belom bisa duduk tenang, belom bisa fokus.”
“Duh, kasian dihukum.”
.
.
Tapi inilah mendidik.
Inilah menegakkan adab.
Kami para orang tua tak keberatan mereka dihukum, kalau ternyata mereka memang salah.
.
.
Nak…
Ustadz bisa jadi tidak tahu..
Tapi Allah.
Allah Maha Melihat.

Barakallahu fiikum.

#kuttabalfatihtangerangselatan
#kuttabalfatih
#duakurikulum
#adabsebelumilmu
#imansebelumquran