Memaknai Rezeki

Ceritanya saya mau nostalgia pernah jualan hehehe. Mengenang bahwa saya pernah serius di bidang ini sampe dibikinin logo…

Duluuuuu banget, sekitar 10 tahun yang lalu…Saya klo berjualan tuh mengejar orientasi keuntungan. Hehehe. Males jualan kalo untungnya sedikit. Pejuang Receh istilah zaman now nya. Ibarat kata, lha ngapain, mondar-mandiri kesana kemarih untungnya sedikit doangan. Capek iyah. Kekumpul uangnya lama. Banyakan juga jajannya.. Wkwkwk… Terussss… Beberapa bulan lalu, di sekolah Nailah ada Kajian Tematik tentang Fiqih Muamalah. Banyak hal yang mengubah mindset saya. Juga beberapa kajian yang secara nggak langsung mengubah pola pikir saya. Salah satu yang paling berkesan adalah… Sebuah hadits… “Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Seorang pedagang Muslim yang jujur dan amanah (terpercaya) akan (dikumpulkan) bersama para Nabi, orang-orang shiddiq dan orang-orang yang syahid pada hari kiamat (di Surga).” [HR Ibnu Majah (no. 2139), al-Hakim (no. 2142) dan ad-Daraquthni (no. 17), dalam sanadnya ada kelemahan, akan tetapi ada hadits lain yang menguatkannya, dari Abu Sa’id al-Khudri radhiallahu ‘anhu, HR at-Tirmidzi (no. 1209) dan lain-lain]

Hal lain yang paling berkesan lagi adalah tentang rezeki itu sendiri…

Berapapun itu, walau receh, kadang kita lupa memaknai, bahwa yang receh-receh itupun kan dari Allah juga. Kalau bukan atas izinNya, yang receh-receh itu juga gak akan mendarat di kantong kita kan… Yaa, jadi begitulah. Sedikit demi sedikit, perlahan demi perlahan, dan selangkah demi selangkah mari kita semangat menjadi Pejuang Receh. Mudah-mudahan dari receh-receh itu lama-lama menjadi merah biru juga ye kannn.. Aamiin-in ajah jama’ah.. Aamiin

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.