Mahasiswa Ideal, antara Opening dan Habis?

Ini ceritanya mau disetor buat pra syarat buat jadi Mentor Circle-K di kampus:

Mahasiswa Ideal, antara Opening dan Habis?

 

Opening

Tulisan ini akan saya awali dengan sebuah hal yang sangat saya junjung, apa-apa yang saya tulis adalah segalanya benar dalam perspektif saya. Namun saya menyadari bahwa apa yang menurut saya benar tidak selamanya benar dalam pandangan orang lain atau dengan kata lain bisa jadi salah menurut orang lain. Oleh karenanya saya sangat terbuka menerima segala kritik dan masukan untuk menyepakati kebenaran umum yang terjadi dan jalan tengah yang paling banyak menghasilkan manfaat.

 

Ideal?

Ideal. Apa yang ideal? Pertama, saya akan mengembalikan artinya ke dalam KBBI. Menurut KBBI, ideal adalah sangat sesuai dengan yang dicita-citakan atau diangan-angankan atau dikehendaki. Nah, kalau menurut saya, yang namanya ideal itu selamanya hanya akan ada dalam teori dan wacana belaka. Darimanakah teori dan wacana? Ya, hasil olah pikir kita. Maka kesimpulannya, ideal itu ada dalam salah satu organ kita yang beratnya kurang lebih 1.4 kg, utamanya dalam sebuah bagian di mana semua hal yang kita lihat, dengar, dan rasakan diproses dan kemudian disimpan sebagai memori,yang disebut cerebrum [atau mudahnya baca: OTAK]. Hal-hal yang kemudian kita temui dalam kehidupan sehari-hari saya sebut sebagai realita. Kalau saja tulisan ini akan diakhiri, saya bisa saja mengakirinya sampai di sini bahwa, mahasiswa ideal itu tidak pernah ada. Titik. Karena sesungguhnya, segala keidealan itu hanya milik Sang Khaliq saja. Kita terlahir sebagai manusia memang paling sempurna dengan akal yang dimilikinya. Tapi kemudian, kita perlu sadar ada kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Namun, mungkin Sang Khaliq berkehendak lain, entah kenapa, jemari saya masih bersemangat menekan huruf alfabet yang tersusun acak dalam keyboard laptop. Oleh karena itu, tulisan ini tidak akan berhenti sampai di sini saja.

 

 

Haruskah Menjadi Ideal?

Ya, haruskah? Sedang kita berhadapan dengan realita? Yang kemudian terjadi adalah penyesuaian. Sejauh mana kita bisa menerjemahkan keidealan yang kita punya dalam realita sehari-hari, semampu apa kita memodifikasi bagian-bagian yang sifatnya bisa dinegosiasi dan bagian mana yang harus tetap dipertahankan, tentunya dengan batasan yang jelas. Apa batasannya? Ya, kalau saya sebagai pemeluk agama, maka saya akan dibatasi oleh segala macam peraturan samawi yang wajib diyakini. Kalau berada dalam sebuah negara sebagai penduduk ya taati perundang-undangan yang ada. Kalau berada dalam masyarakat, ya dipagari oleh norma sosial. Intinya adalah segala peraturan yang ada.

 

Jadi, Mahasiswa Ideal itu…

Nah, sekarang mahasiswa ideal. Mahasiswa kan artinya seseorang yang sedang belajar di perguruan tinggi. Kalau ditambah ideal, berarti seseorang yang sedang belajar di perguruan tinggi ideal. Nah lho, perguruan tinggi ideal? Halah, panjang lagi urusannya, dan otak saya juga tidak sanggup memikirkannya. Nah, karena sebagai mahasiswa maka banyak hal yang harusnya jadi batasan buatnya. Selain hal yang sudah saya sebutkan di atas, ada tuntutan keilmuan yang telah dipelajarinya yang menyebabkan mahasiswa tidak berbohong atas ilmunya, ada tuntutan orang tua yang menyuruhnya untuk belajar dengan baik, ada tuntutan bangsa yang sudah turut mensubsidi terselenggaranya pendidikan, yang terakhir ada tuntutan rakyat yang masih kelaparan yang menantikan karya besar apa yang bisa dibuat.

Untaian kalimat Bung Hatta yang sering kita dengar adalah bahwa tugas perguruan tinggi adalah membentuk manusia susila dan demokrat yang: memiliki keinsafan tanggung jawab atas kesejahteraan masyarakatnya; cakap dan mandiri dalam memelihara dan memajukan ilmu pengetahuan; serta cakap memangku jabatan atau pekerjaan dalam masyarakat, yang berarti bahwa mahasiswa yang merupakan bagian dari civitas akademika juga turut dibentuk karakternya di sana. Saya sepakat dengan Bung Hatta [walaupun telah tiada], mahasiswa ideal kemudian turut andil menjadi bagian dari ketiga karakter di atas, tetap belajar di kampus, tapi tidak melupakan cita-cita besar untuk melahirkan karya buat bangsa dan berguna untuk masyarakat.

Banyak hal yang bisa diupayakan selama menjadi mahasiswa dengan posisinya yang netral dan bisa leluasa melakukan motilitas ke mana saja, sekali lagi, tentunya dengan batasan. Tinggal masalahnya, mau atau tidak?

 

Habis, Lalu Saya?

Jadi sepertinya tulisan ini akan saya akhiri saja, karena sepertinya saya sudah mulai bosan membahas hal-hal ideal ini. Yang jelas, saya masih belum menjadi mahasiswa ideal versi di atas dan tidak akan pernah karena saya sadar saya tidak akan pernah bisa. Bukannya saya pesimis, tapi cuma realistis saja.

Terakhir, titik tekan tulisan saya ini adalah bagaimana kita bisa mengoptimalkan segala hal yang kita miliki untuk sinergisasi idealita dan realita yang terjadi, mencari irisan sebanyak mungkin antara idealita dengan realita, dengan memaksimalkan segala daya guna indra yang telah dianugerahkan.

**hehe, setelah dibaca-baca, tulisan ini lumayan juga, semoga bermanfaat…

terima kasih

wallahua’lam bishshawab

5 thoughts on “Mahasiswa Ideal, antara Opening dan Habis?

Leave a reply to ikhwanalim Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.